Rabu, 12 Desember 2012

UJI EFEKTIVITAS ANTI MIKROBA ALAMI DAN KIMIA



UJI EFEKTIVITAS ANTI MIKROBA ALAMI DAN KIMIA
A.    Tujuan
Menguji aktivitas antimikroba dari bahan-bahan alami dan kimia.
B.     Dasar Teori
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya. (Singleton.2006).
Sejarah tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. (Skou, dan Sogaard Jensen. 2007).
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Jasad tersebut dapat hidup hampir di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan (Afriyanto 2005).
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba (Gobel, 2008). Anti mikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel, 2008).
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004).
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu antibiotic dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh microorganisme tertentu yang mempunyai kemapuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi mikroba yang digunakan (Soekardjo 1995).
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda.
Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Sebagai contoh merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat, akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut. Perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman digunakan pada jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30 detik. Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri, pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan (Dwidjoseputro, 1994).
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau  meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah yodium (povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan alkohol (Ayumi,2011).
Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas dan dengan metode pengenceran agar. Metode difusi agar dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 ml masing-masing suspense Bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah dicairkan dalam cawan petri dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm diletakkan pada permukaan media padat. Dibiarkan selama 3 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke incubator 370 C (Adryana, et al,,2009 dalam Putra, 2011).
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1.      Konsentrasi
2.      Waktu terpapar
3.      Jenis mikroba
4.      Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup.
C.    Alat Dan Bahan
Alat:
1.      Cawan petri
2.      Cotton bud
3.      Jarum inokulasi
4.      Paper disk
5.      Pemanas Bunsen
6.       Inkubator
Bahan
1.      Biakan murni bakteri dalam media nutrien cair yang berumur 1 x 24 jam
2.      Media lempeng nutrien agar (NA) steril
3.      Berbagai zat anti septik : Betadine, wipol, Dettol.

D.    Langkah Kerja
1.      Bakteri yang terdapat di dalam Erlenmeyer, di ambil dengan menggunakan pipet 0,2 ml mengunakan pipet mohr kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media NA.
2.      Kemudian bakteri sudah ada dalam media NA, diratakan secara menyeluruh pada media NA dengan menggunakan spreader.
3.      Lalu media yang telah rata oleh bakteri dibagi menjadi dua bagian. Kertas cakram yang berbentuk lingkaran kecil dibasahi oleh bahan antimikroba yaitu penicillin, streptomycin, betadine, detol dan bagian kedua ekstrak jahe.
4.      Kertas cakram yang telah dibasahi bahan antimikroba dan larfis tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri sebelumnya dengan menggunakan pinset.
5.      Masing-masing cawan petri hanya diperbolehkan terisi oleh dua bahan antimikroba. Suasana dalam praktikum harus steril dari awal hingga akhir.
E.     Hasil Pengamatan
Pada cawan perti no 1 dan 2 (wipol) terlihat adanya bakteri, namun pada cawan 3 dan 4 (ekstrak jahe) tidak terlihat adanya bakteri. Detol terdapat bakteri.


F.     PEMBAHASAN
Bahan antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba bekerja dengan cara merusak dinding sel atau merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati. Bahan antimikroba bekerja dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri, mempertahankan hidupnya, dan melawan bakteri lain (Widjajanti 1996).
Digunakan metode pengujian difusi agar untuk mengetahui aktivitas antimikroba. Mikroba uji dicampurkan dengan media pertumbuhan (Nutrien agar) dan dituang ke dalam cawan petri sehingga membentuk lempeng agar. Di lempeng agar dibuat sumur yang kedalamnya dimasukkan larutan uji. Setelah proses inkubasi dilakukan pengukuran diameter hambat berupa zona bening di sekitar sumur yang menunjukkan penghambatan pertumbuhan mikroba (Pelczar dan Chan, 1988). Nilai diameter hambat masing-masing kelompok uji di rata-ratakan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata diameter hambat kelompok kontrol.
Praktikum uji antimikroba pada cawan perti yang ditanan bahan kimia yaitu wipol dan ekstrak jahe dapat terlihat pada bagian 1 dan 2 yaitu bahan kimia (wipol) terdapat bakteri sedangkan pada bagian 3 dan 4 tidak terlihat adanya bakteri. Proses praktikum ini dilaksanakan dalam keadaan yang steril sehingga akan mendapatkan hasil yang baik. Namun pada praktikum yang kelompok kami lakukan memiliki banyak factor yang menyebabkan hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori yang ada, factor tersebut adalah kurang steril alat dan bahan dan praktikan sehingga dapat mempengaruhi hasil uji anti mikroba tersebut.
Perlakuan aseptik ialah perlakuan yang bertujuan  terbebas dari mikroorganisme. Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk menghilangkan kontamina mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang akan dipergunakan untuk analisa selanjutnya (Jati 2007).
Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun mengakhiri sebuah pekerjaan di laboratorium. Alkohol 70% yang disemprotkan pada tangan dan meja, bahkan tangan pun sebelumnya harus dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak diinginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat. Proses pemindahan mikroba secara aseptic sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi. Jika tidak, kesalahan dalam teknik sedikit saja akan mempengaruhi semua hasil pengamatan. Oleh karena itu, dalam melakukan pemindahan mikroba dari media yang lama, menuju media yang baru harus mengetahui teknik dan menjaga kesterilan bahan maupun alat yang digunakan (Dwijoseputro 2003).
Bahan antimikroba yang diujikan pada percobaan ialah wipol, betadine, detol, ekstrak kunyit, dan ekstrak jahe. Sedangkan larutan larfis 0,85 % yang berisi larutan garam NaCl 0,85 % hanya berfungsi sebagai pembanding dengan bahan antimikroba lainnya. Bakteri yang digunakan yaitu bakteri Aeromonas, bakteri Streptococcus, bakteri Bacillus, dan bakteri Staphilococcus yang terdapat didalam Erlenmeyer dipipet sebanyak 0,2 ml dan kemudian disebarkan di atas cawan petri yang berisi media NA yang bertujuan untuk menumbuhkan bakteri pada media NA tersebut dan dapat digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba. Spreader digunakan untuk meratakan bakteri sehingga menyeluruh di dalam media. Kemudian media yang berada di dalam cawan petri dan telah berisi bakteri di belah menjadi dua bagian, untuk dijadikan tempat uji bahan antimikroba, sehingga satu cawan petri terdapat dua bahan anti mikroba. Kertas cakram yang berbentuk seperti kertas saring yang berukuran lingkatan kecil dicelupkan ke dalam bahan antimikroba, lalu dipindahkan dengan menggunakan pinset ke dalam cawan petri. Penggunaan pinset bertujuan untuk menghindari adanya lemak apabila tangan menyentuh kertas cakram secara langsung, sehingga akan mempengaruhi perkembangan diameter. Setelah di inkubasi selama 2x24 jam, akan muncul zona bening (zona antimikroba) yang berbentuk menyerupai lingkaran yang memiliki diameter, lalu diameter tersbut akan diukur. Zona bening tersebut adalah area perkembangan aktivitas bahan antimikroba terhadap bakteri yang ada di sekitarnya. Apabila larutan fisiologis yang diujikan, maka bakteri tersebut akan tumbuh subur didalam larfis dan tidak ada diameter yang terbentuk karena larfis hanya sebagai pembanding bukan bahan antibiotic.
G.    Kesimpulan
Anti mikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida.
Uji antimikroba pada cawan perti yang ditanan bahan kimia yaitu wipol dan ekstrak jahe dapat terlihat pada bagian 1 dan 2 yaitu bahan kimia (wipol) terdapat bakteri sedangkan pada bagian 3 dan 4 tidak terlihat adanya bakteri. Proses praktikum ini dilaksanakan dalam keadaan yang steril sehingga akan mendapatkan hasil yang baik. Namun pada praktikum yang kelompok kami lakukan memiliki banyak factor yang menyebabkan hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori yang ada, factor tersebut adalah kurang steril alat dan bahan dan praktikan sehingga dapat mempengaruhi hasil uji anti mikroba tersebut.
Bahan antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba bekerja dengan cara merusak dinding sel atau merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati. Bahan antimikroba bekerja dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri, mempertahankan hidupnya, dan melawan bakteri lain.























DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan
Pelczar M.J. dan Chan. 1988.  Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta : UI Press.
http://linda-haffandi.blogspot.com/2011/11/uji-daya-antimikroba-dari-aseptik.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar